Kelas : 2 PA 08
Npm : 18511041
Keterkaitan Abnormalitas dengan
Konsep Motivasi, Stres dan Gender
Abnormalitas didefinisikan sebagai hal yang jarang terjadi atau penyimpangan dari kondisi rata – rata (seperti tinggi badan yang ekstrem). Menurut para ahli diantaranya Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.
· Konsep
motivasi
Pada
dasarnya setiap individu memiliki konsep motivasi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya . Konsep motivasi merupakan dorongan di dalam diri
seseorang dalam menentukan atau melakukan tindakan . Jika seorang inidividu
memiliki perilaku abnormal tentu hal tersebut berpengaruh pada konsep motivasi
individu tersebut . Individu yang memiliki perilaku abnormalitas tidak dapat
memenuhi tuntutan sosial yang ada di masyarakat dengan kata lain individu
tersebut tidak dapat menyesuaikan dirinya . Dalam Hierarki Kebutuhan yang
dikemukakan Abraham Maslow , idealnya manusia "sehat" memiliki
kebutuhan fisiologis , rasa aman , kasih sayang , penghargaan , dan aktualisasi
diri yang harus dipenuhi . Bagi orang yang "tidak sehat " bisa
saja konsep motivasinya jauh seperti yang diharapkan atau tidak seperti masyarakat pada umumnya.
·
Stres
Stres dapat menjadi salah satu penyebab
seseorang memiliki perilaku abnormal. Salah satunya dengan adanya perspektif VULNERABILITY – STRESS. Perspektif ini menghubungkan antara faktor biologis,
psikologis dan lingkungan. Vulnerability
mengacu pada satu
atau sejumlah karakteristik individu yang meningkatkan peluang bagi
berkembangnya suatu gangguan. Dapat berupa biologis atau psikologis. Biologis
misalnya adanya kerentanan secara genetis dari orang tua, adanya abnormalitas
yang diturunkan. Psikologis misalnya, orang-orang yang mempunyai keyakinan
lemah terhadap agama lebih rentan terhadap munculnya depresi.
Stress mengacu pada suatu kondisi lingkungan individu yang
menyebabkan kesulitan. Hal itu disebut stressor. Stressor dapat berupa biologis
dan psikologis. Biologis misalnya kekurangan oksigen saat kelahiran atau gizi
yang buruk selama kanak-kanak dapat menyebabkan disfungsi otak. Psikologis
misalnya masalah kuliah, bencana banjir, tindak kekerasan orang lain, gagal tes
kerja, kematian pasangan hidup, dsb. Interaksi antara Vulnerability dan Stress dapat
menyebabkan munculnya gangguan. Misalnya individu yang secara biologis rentan
terhadap skizofrenia, jika diberi stressor yang tepat, maka kemungkinan untuk
menjadi skizofrenia makin besar.
· Gender
Perilaku abnormalitas yang berkaitan
dengan gender salah satunya adalah bunuh diri. Bagi beberapa orang, depresi sangatlah menyakitkan, sehingga
mereka terus memikirkan ide untuk melarikan diri dari siksaan yang mewarnai
keseharian mereka. Orang yang sudah berada pada titik ini merasa bahwa mereka
kekurangan sumber daya untuk menanggulangi permasalahan mereka. Contoh kasusnya
adalah di Amerika Serikat, sekitar 32.000 orang setiap tahunnya memilih
mengakhiri hidup mereka (Minino dkk., 2007). Pada umumnya, pria memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk bunuh diri dibanding wanita dengan tingkat
rata-rata untuk pria dewasa lima kali lebih besar dibanding wanita. Wanita
cenderung untuk melakukan usaha bunuh diri,
tetapi mereka tidak melakukan usaha tersebut dengan sepenuhnya seperti
pada pria. Pada akhirnya pria lebih sering untuk mengakhiri hidupnya sendiri
dengan menggunakan senjata dibandingkan wanita. Ketika ras diperhitungkan, pria
kulit putih lebih sering melakukan bunuh diri dibandingkan pria bukan kulit
putih.
Perilaku lainnya adalah identitas gender.
Identitas gender adalah keadaan
psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang berkaitan dengan keberadaan
diri sebagai laki-laki atau perempuan. Identitas gender ini sangat berkaitan
dengan budaya, berkenaan dengan serangkaian sikap, pola perilaku, dan atribut
lain yang biasanya dihubungkan dengan maskulinitas atau feminimitas. Sedangkan
peran gender dalam perilaku eksternal yang merefleksikan perasaan dalam diri seorang
tentang identitasnya. Gangguan identitas gender, biasanya dikenal juga dengan
istilah transeksualisme, memiliki karakteristik perasaan yang menetap dalam
diri seseorang tentang ketidaknyamanan memiliki jenis kelamin (biologis)
mereka, dan peran gender yang sesuai dengan jenis kelamin tersebut (Kaplan,
Sadock, & Grebb, 1994). Gangguan ini biasanya muncul sejak masa kanak-kanak.
Pada anak-anak, munculnya gangguan ini antara lain pada saat usia 2-4 tahun
(Green & Blanchard, dalam Davison & Neale, 2001), yang biasanya
menyertai gangguan kecemasan untuk berpisah (separation anxiety) (Bradley &
Zucker, dalam Davison & Neale, 2001). Data menunjukkan bahwa gangguan
identitas gender enam kali lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan (Zucker, Bradley, dan Sanikhani, dalam Davison & Neale, 2001).
Sumber :
Halgin P Richard dan Susan Krauss
Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal edisi 6, buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.
Halgin P Richard dan Susan Krauss
Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal edisi 6, buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.
http://www.mercubuana.ac.id/file/250313/Fakultas
Psikologi/Filino Firmansyah - Psikologi Abnormal & Psikopatolog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar