Nama : Rindy Chairunisa
Kelas : 3 PA 08
Npm : 18511041
**Definisi Komunikasi**
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian terpenting dari sistem kehidupan
sosial manusia.
Menurut para ahli, Pawito dan C
Sardjono (1994 : 12) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana
suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber
kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan,
sikap dan atau perilaku overt
lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi
yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).
Pakar komunikasi, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai
transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu
proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya
beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap
proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain
(Suprapto, 2006 : 5).
**Dimensi Komunikasi**
Jika komunikasi
dilihat dari perspektif multidimensional ada 2 tingkatan yang dapat
diidentifikasikan yakni dimensi isi (contet dimension) dan dimesi hubungan
(relationship dimension).
Dimensi isi : lebih menunjukkan pada
kata, bahasa dan informasi yang dibawa pesan. Jadi seperti orang tegal
berbicara dengan orang sunda pasti bahasa yang mereka gunakan pun juga berbeda
disinilah dimensi isi menunjukkan hal tersebut dalam komunikasi.
Dimensi hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain. Masih dengan contoh diatas dimensi hubungan menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi, media apa yang mereka gunakan, apakah ada bahasa tubuh atau simbol-simbol yang digunakan. Itu dilihat dari dimensi hubungan. Asumsi dasar hubungan multidimensional adalah bahwa sumber tidak hanya mempengaruhi pesan, tetapi juga bisa mempengaruhi komponen yang lainnya.
Dimensi hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain. Masih dengan contoh diatas dimensi hubungan menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi, media apa yang mereka gunakan, apakah ada bahasa tubuh atau simbol-simbol yang digunakan. Itu dilihat dari dimensi hubungan. Asumsi dasar hubungan multidimensional adalah bahwa sumber tidak hanya mempengaruhi pesan, tetapi juga bisa mempengaruhi komponen yang lainnya.
·
Komunikasi sebagai transaksional
Komunikasi tidak
pernah terjadi tanpa melibatkan orang lain, dalam proses yang demikian akan
timbul action dan interaction diantara para pelaku komunikasi.
·
Komunikasi sebagai aktivitas social
Hubungan
antar sesama manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk kepentingan
aktualitas diri dalam membicarakan masalah-masalah politik, sosial, budaya,
seni dan teknologi.
**Definisi Leadership**
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu
terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan
dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian
yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Menurut para ahli,
Koentjaraningrat kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang (yaitu
pemimpin atao leader) untuk memengaruhi orang lain (yaitu orang yang dipimpin
atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku
sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Adapun tugas-tugas
pokok seorang pemimpin, yaitu:
a.
Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat
dijadikan pegangan bagi pengikut-pengikutnya.
b.
Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku
warga masyarat yang dipimpinnya.
c.
Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar
kelompok yang dipimpin.
**Teori kepemimpinan**
1.
Teori X dan Y (Douglas McGregor)
Teori Organisasi
Klasik adalah tesis Douglas McGregor yang menyatakan bahwa ada dua pandangan
tentang manusia, yang pertama dasarnya negatif yaitu Teori X dan yang dasarnya
positif yaitu Teori Y. Teori X dan Teori Y yang ia ajukan dalam memandang
manusia (pegawai). Setelah meninjau bagaimana manajer berhubungan dengan
pegawai, McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer seputar sifat manusia
didasarkan pada kelompok asumsi tertentu dan ia cenderung memperlakukan pegawai
berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Asumsi ini dapat bersifat negatif (Teori X)
atau positif (Teori Y).
Teori X dari McGregor
bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:
a.
Tidak menyukai bekerja.
b.
Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung
jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah.
c.
Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi
masalah-masalah organisasi.
d.
Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
e.
Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk
mncapai tujuan organisasi..
Kebalikan dari
pandangan yang negatif terhadap manusia, McGregor menempatkan empat asumsi lain
yang disebut Teori Y:
a.
Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat
memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan
aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan,
jika keadaan sama-sama menyenangkan.
b.
Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak
bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c.
Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan
persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh
karyawan.
d.
Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan
social, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat
kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
e.
Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam
bekerja jika dimotivasi secara tepat.
Implikasi dari Teori X dan Teori Y McGregor
terhadap organisasi adalah bahwa asumsi-asumsi Teori Y lebih dapat diterima dan
dapat menuntun manajer dalam mendesain organisasi dan memotivasi para pegawai.
Tahun 1960-an antusiasme pekerja cukup tinggi untuk berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan organisasi, penciptaan tanggung jawab dan tantangan
pekerjaan, termasuk pembangunan hubungan kelompok-kelompok kerja yang lebih
baik. Antusiasme ini, sebagian besar, diakibatkan oleh Teori Y dari McGregor.
2.
Teori Sistem 4 dari Rensis Likert
Teori Empat Sistem adalah salah satu teori komunikasi yang
mengkaji hubungan antar manusia melalui hasil dari produksinya yang dilihat
dari kacamata manajemen. Empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis
Likert tersebut terdiri dari:
a.
Sistem
pertama, otoritatif dan eksploitif : Manajer membuat semua keputusan yang
berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya.
Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
b.
Sistem
kedua, otoritatif dan benevolent: Manajer tetap menentukan perintah-perintah,
tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap
perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan.
c.
Sistem
ketiga, konsultatif: Manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan
perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan.
Bawahan dapat membuat keputusankeputusan mereka sendiri tentang cara
pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan
daripada ancaman hukuman.
d.
Sistem
keempat, partisipatif : Sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara
bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang
membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat
dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya
mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan
kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
3.
Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum &
Scmidt
Pada tahun 1957,
Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling
revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review. Artikel ini,
berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah signifikan dalam
bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manajer. Di bagian atas
diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan Oriented” dan “Tugas
Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi” dan “otoriter.”
Diagram menunjukkan dimensi lain: “Sumber Otoritas”. Pada akhir demokratis
diagram, manajer memungkinkan kebebasan karyawan. Pada akhir otoriter diagram
kita melihat bahwa manajer adalah satu-satunya sumber otoritas. Kita pergi dari
otoritas buruh untuk otoritas manajer. Berkaitan dengan masalah gaya
kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti manajer dapat demokratis terhadap
bawahan, namun mempertahankan otoritas yang diperlukan dan kontrol. untuk
tujuan analisis mereka telah menghasilkan sebuah kontinum perilaku kepemimpinan
mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem ke gaya demokratis di sisi
lain, yang mereka sebut bos s-berpusat dan berpusat pada bawahan tidak seperti
orang lain model kepemimpinan berusaha untuk menyediakan kerangka kerja untuk
analisis dan pilihan individu.
Para penulis
mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola
kepemimpinan:
1. Kekuatan di manajer
(egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)
2. kekuatan di bawahan
(egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)
3. kekuatan dalam
situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim
organisasi dan lain-lain faktor extrancous).
Tujuh “pola kepemimpinan” yang
diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan
angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi
definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan. Demokrasi
(hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan
wewenang oleh bawahan. Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang
ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.
Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
1.
Kepemimpinan
Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh
superior” . Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan
dan seberapa sering untuk bertemu.
2.
Kepemimpinan
Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk
membuat keputusan”. Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus
memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari
adalah yang terbaik.
3.
Kepemimpinan
Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka
pemimpin membuat keputusan”. Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan
hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan
bertemu.
4.
Kepemimpinan
Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat
berubah oleh kelompok”. Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu
akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang
mungkin lebih baik.
5.
Kepemimpinan
Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan”. Contoh:
Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu
untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki
pertanyaan.
6.
Kepemimpinan
Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa
keputusan yang benar”. Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa
mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim
bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
7.
Kepemimpinan
Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup”. Contoh:
Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka
atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim
Sumber:
1. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
2. sriherwindya.staff.uns.ac.id/files/2010/07/definisi.doc